Sabtu, 29 September 2012


 KARYA TULIS ILMIAH

MK. PENYAJIAN ILMIAH






“Potensi Ternak Kambing Lokal dengan Sistem Integrasi Ternak-Kebun (kebun karet) di Provisi Begkulu dalam Upaya mencapai swasembada daging 2014 di Indonesia”

Oleh :

Hikman (E1C009056) (2009)





UNUVERSITAS BENGKULU
BENGKULU

2012
Abstrack
Provinsi Bengkulu terletak pada pantai barat pulau Sumatra. Mata pencaharian sehari-hari penduduk sebagian besar merupakan petani dan nelayan. Karet dan Sawit merupakan usaha di sector pertania yang banyak di kembangkan di provinsi Bengkulu. Kambing mempunyai prospek usaha yang sangat penting dalam dunia peternakan sehingga merupakan komoditas unggulan untuk dikembangkan secara komersial. Usaha peternakan kambing potensial dikembangkan melalui integrasi dengan usaha perkebunan karet yang cukup luas di Indonesia. Kambing lokal memiliki produktivitas yang tinggi namun memiliki bobot badan yang rendah. Daya dukung hijauan yang rendah pada lahan perkebunan dapat ditingkatkan dengan merubah pola tanam pada perkebunan serta pemanfaatan lahan marginal untuk rumput potong. Penggunaan produk samping sebagai pakan tambahan serta ditunjang dengan penelitian system pengendalian penyakit serta obat alternative yang efektif dan murah. Pengembangan usaha peternakan kambing melalui pendekatan sistem integrasi dengan usaha perkebunan harus disertai dengan pendekatan agribisnis. Analisis ekonomi dan penelitin lebih lanjut sangat diperlukan dalam pengembangan sistem integrasi ternak kebun untuk meningkatkan populasi ternak potong terutama terknak kambing. Peternak kambing masih banyak dilakukan peternakan rakyat yang hanya memelihara dalam jumlah yang sedikit sebagai usaha sampingan, tabungan yang sewaktu-waktu bisa dijual apabila membutuhkan biaya yang mendesak. Mayarakat dalam memelihara ternak kambing hanya jumlah yang sedikit 5-10 dalam 1 keluarga.




Kata kunci: Bengkulu, ternak kambing, integrasi, karet, kebun,












BAB I
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
            Provinsi Bengkulu terletak pada pantai barat pulau Sumatra, dengan luas 19.788,7 Km². Provinsi ini bagian utara berbatasan dengan Provinsi Sumatra Barat, bagian barat berbatasan dengan Samudra Hindia, bagian timur berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatra Selatan, debelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Provinsi Lampung. Secara administrative Provinsi Bengkulu terdiri dari 8 kabupaten yaitu Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Bengkulu Utara, Kaur, Muko-Muko, Lebong dan Kepahyang seta 1 kota, yaitu Bengkulu yang sekaligus merupakan ibukota Provinsi. Mata pencaharian masyarakat Bengkulu sebagian besar merupakan petani, nelayan dan PNS.
Permintaan akan daging terus meningkat dari tahun ke tahun terutama di negara-negara berkembang, oleh karena itu peningkatan populasi terus dilaksanakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan populasi, terutama ternak yang bisa diandalkan untuk mencapai produksi daging yang cepat dan mudah beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi iklim di Indonesia. Kambing merupakan salah satu ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia terutama kambing asli Indonesia, selain merupakan kekayaan plasma nutfah kambing lokal juga mudah beradaptasi dengan lingkungan Indonesia. Secara garis besar ada beberapa kambing lokal Indonesia, salah satunya kambing kacang. Kambing kacang merupakan salah satu plasma nutfah Indonesia yang mberpotensi untuk dikembangkan dan sudah terbiasa dengan iklim Indonesia. Umumnya petani memelihara ternak kambing dengan tujuan memperoleh penghasilan sampingan dan sebagai tabungan jika sewaktu-waktu bisa dijual bila dibutuhkan. Biasanya peternak hanya memelihara ternaknya secara sederhana bergantung pada keramahan alam. Pada siang hari digembalakan di pengembalaan, kadang di pinggir jalan dan di daerah perkebunan, pada malam hari dikandangkan.
Karet sebagai salah satu komoditas unggulan merupakan tanaman tahunan yang tumbuh subur didaerah tropis yang memiliki curah hujan cukup. Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan perkebunan karet terluas di duni. Negara penghasil karet terbesar termasuk Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan suatu system integrasi ternak-kebun. System integrasi ternak-tanaman pada perkebunan kelapa sawit maupun karet membutuhkan tanaman hijauan yang toleran terhadap naungan agar daya tampung meningkat. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menanam hiajauan pakan ternak yang toleran terhadap naungan untuk di introduksikan dilahan perkebebunan yang selama ini belum banyak dikembangkan di perkebunan karet.
1.2.Perumusan Masalah
a.       Semakin meningkatnya permintaan daging di pasar lokal sehingga terjadinya import daging.
b.      Kurangnya lahan dalam mengembangkan peternakan yang menyebabkan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hijauan untuk ternak.
c.       Menurunnya kesadaran masyarakat akan pentingnya protein.
1.3.Tujuan dan Manfaat
a.       Meninkatkan populasi ternak kambing untuk memenuhi kebutuhan dalan negeri
b.      Memanfaatkan lahan perkebunan dalam mengembangkan ternak kambing secara komersil.
c.       Sebagai salah satu solusi untuk mencapai swasembada daging 2014.

1.4.Metode
a.       Waktu dan Tempat
Karaya ilmiah ini ditulis sejak 27 Februari sampai 10 Maret 2011 di Bengkulu.
b.      Tahapan Penulisan
Ø  Pengumpulan data-data
Data yang diambel secara primer dari buku dan jurnal tentang ternak kambing dan perkebunan karet.


BAB II
Tinjauan Pustaka
Kambing di Indonesia
Menurut Setiadi 2002, ada dua rumpun kambing yang dominan di Indonesia yaitu Kambing Kacang Kambing Ettawah. Kambing Kacang yang berukuran tubuh kecil sudah ada di Indonesia sejak tahun 1900-an dan kambing ettawah yang berukuran besar kemudian masuk ke Indonesia, kambing Ettawah berasal dari india. Kemudian ada beberapa jenis kambing yang di datangkan ke Indonesia pada zaman Hindia belanda dalam jumlah yang terbatas sehingga menjadi keanekaragaman genetic kambing di Indonesia. Seiring dengan bertambahnya keanekaragaman banngsa kambing dan lama lama kelamaan terjadilah proses adaptasi terhadap agroekosistem yang spesifik dengan lingkungan dan pemeliharaan, sehinga terjadinya proses adaptasi yang memungkinkan munculnya jenis kambing yang baru.
Plasma Nutfah Kambing Lokal Indonesia
Pemanfatan kambing lokal dengan potensi genetic yang baik belum dikembangkan secara optimal dapat memberikan hasil/keuntungan yang sangat baik.masih banyak kambing lokal Indonesia yang belum dikarakterisasi dan sebagian sudah hampir punah padahal belum sempat mengembangkan potensi keragaman genetiknya untuk dimanfaatkan sebagai sumber peningkatan mutu genetic kambing di Indonesia dalam mencapai swasembada daging. Sampai saat ini diperkirakan ada 8 bangsa  kambing yang sudah dikarakterisasi karakteristik penotipnya yang saat ini ada di Indonesia. Salah satu kambing lokal yang populasi paling banyak di Indonesia yaitu kambing Kacang. Kambing kacang merupakan unggulan yang pertama kali di kembangkan di Indonesia. Kambing kacng merupakan mengambing asli Indonesia juga terdapat di Malaysia dan Philipina. Kambing ini sangat mudah berkembang biak, pada 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini sangat cocok untuk penghasil daging dan kulit, bersifat prolific, mudah beradaptasi dengan berbagai lingkungan dalam kondisi pemeliharaan yang sederhana.
Cara dalam Mengatasi Masalah Penyakit

Masalah penyakit yang sangat serius pada kambing yang digembalakan di areal perkebunan terutama penyakit parasit yang menyerang organ dalam yaitu cacing, cacing usus halus maupun cacing prankreas serta parasit luar sepertu scabies. Parasit ini dapat menuyebabkan kematian terutama pada saat kondisi pakan yang kurang mencukupi, tetapi penyakit ini sering kali mengakibatkan penurun produksi dan kemampuan untuk bereproduksi. Disamping pemberian pakan yang cukup, ada 4 cara untuk mengontrol serangan cacing (Gatenby dan Batubara, 1994) yaitu:
1.      Runput potong diberikan sebaiknya rumput yang tidak digunakan untuk pengembalaan
2.      Pada sistem pengembalaan, setiap area pengembalaan sebaiknya di istirahatksn selama 10-12 minggu setelah digunakan
3.      Pemberian racun cacing secara rutin.
4.      Dilkukan seleksi pada kambing-kambing yang secara individu resisten terhadap parasit dalam.
 Sistem Integrasi
Usaha peernakan kambing yang berwawasan agribisnis membutuhkan lahan yang luas untuk hijauan sebagai pakan utamanya. Ketersediana lahan yang terbatas dan harga yang tinggi peternakan kambing secara komersial kearah agribisnis sulit untuk dilakukan dengan menggunakan sistem apapun, kecuali dengan diintegrasikan dengan usaha perkebunan baik dengan cara pemberian atau tanpa pemberian pakan tambahan. Oleh karena itu pada decade terakhir ini berbagai macam usaha dilakukan untuk memadukan usaha peternakan, khususnya ternak ruminansia kecil dengan perkebunan karet maupun kelapa sawit (Sibon, 1988, Iniguez dan Sanches, 1991). Beberapa penelitian menunjukan adanya integrasi peternakan kambing/domba dengan perkebunan karet dan kelapa sawit memberikan efek saling menguntungkan. Komponen biaya yang cukup tinggi dalam pengolahan lahan perkebunan adalh untuk mengendalikan gulma.
Introduksi rumput dan kacangan yang cenderung tahan naungan pada masa pertumbuhan karet/kelapa sawit  yang terbaik adalah Brachiaria humidicola, Paspalum notatum, Stylosanthes quianensis, Panicum maximum serta Arachis pintoi. Pertanaman campuran ini dapat meningkatkan daya tampung menjadi 23 ekor kambing per-hektar pertahun dibanding 10 ekor/ha/thn pada system konvensional. Kelemahan sistem ini, rumput introduksi hanya tahan hidup sampai umur pohon 5-6 tahun, kemudian berangsur lenyap sesuai pertambahan umur pohon. Tampaknya tidak ada rumput introduksi yang berhasil dikembangkan setelah umur pohon lebih dari 6 tahun (STEER and SHELTON, 1991; BATUBARA et al, 1996
























BAB III
3.1.  Pembahasan
            Dari gagasan diatas menghasilkan suaatu ide dalam pemnfaatan lahan perkebun karet yang cukup luas di Indonesia sehingga bisa dijadikan sebagai alternative untuk lahan pengembalaan ternak kambing dalam upaya untuk mencapai swasembada daging di Indonesia. Swasembada daging akan tercapai dan bisa dipertahankan apabila populasi ternak terus meningkat. Integrasi ternak-kebun dalam meningkatkan populasi ternak dengan luas perkebunan yang cukup memadai untuk digembalakan ternak. Dalam pengembalaan ternak dalam suatu lahan perkebunan memerlukan kesesuain antara jumlah ternak dengan daya tampung perkebunan.
            Pemanfaatan kambing lokal sebagai alternative untuk memenuhu kebutuhan daging sangat tepat, karena selain mudah beradaptasi dengan lingkungan, kambing lokal mudah berkembang biak dan bereproduksi dengan baik. Sistem integrasi ternak-kebun memiliki keunggulan sendiri yang bisa diandalkan menjadi salah satu alternative dalam pengembangan ternak kambing. Oeleh karena itu beberapa dekade terakhir berbagai macam usaha dilakukan untuk memadukan usaha peternakan, khususnya ternak ruminansia kecil dengan perkebunan karet maupun sawit (Sibon, 1988, Iniguez dan Sanches, 1991). Sistem integrasi ternak kebun saling memberikan keuntungan terutama dalam penghematan biaya dalam pengendalian gulma. Reese, A.pengembalaan domba/kambing diareal perkebunan karet tidak menimbulkan dampak yang negative terhadap tanaman karet, namun sebaliknya bisa mengendalikan kesuburan lahan dan dapat meningkatkan produksi lateks. Sistem integrasi ternak kebun selain mengandalkan pakan yang beraasal dari rumput di sekitar sebaiknya diusahakan penanman rumput yang toleran terhadap naungan untuk meningkatkan daya tampung lahan. Dalam pengembangan sistem integrasi juga diperlukan analisis ekonomi dan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan peningkatan penggunaan lahan perkebunan dalam upaya meningkatkan populasi ternak untuk mencapai swasembada daging di Indonesia.


BAB IV
4.1. kesimpulan
1.      Kambing memiliki prospek pasar yang cukup tinggi yang merupakan komoditas unggulan berpotensi untuk dikembangkan secara komersil.
2.      Terbatasnya lahan untuk hijauan, sehingga pola pengembangan usaha ternak kambing potong bisa dilakukan melalui sistem integrasi ternak dengan kebun karet yang cukup luas di Indonesia.
3.      Kambing merupakan salah satu ternak yang memiliki produktivitas dan reproduksi yang baik, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan sehingga bisa dikembangkan secara komersil di Indonesi.















Daftar Pustaka

Batubara dkk,2008, Petunjuk Tenis Beberapa Plasma Nutfah Kambing Indonesia. Loka Penelitian KAmbing Potong Sei Putih: vi + 34 halaman. Sumatra Utara.
BATUBARA, A, B. TIESNAMURTI, F.A. PAMUNGKAS, M. DOLOKSARIBU DAN E. SIHITE. 2007. Koleksi ex-situ dan karaktersiasi Plasma Nutfah Kambing. Laporan akhir RPTP. Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Statistik Peternakan 2009-2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu
Statistik Perkebunan 2009-2011. Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan
Suharyanto, 2011, Mewujudkan Swasembada Daging. dipublikasikan di tabloid Inspirasi Vol 2. No 31.  25 Oktober 2011











LAMPIRAN
WILAYAH POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITI KARET
NO
NAMA DAERAH
LUAS LAHAN
1
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 4.309
Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Rakyat Untuk Karet terdiri dari TBM:1,536 TM:2,768 TTM:5
2
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 24.614
Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Rakyat Untuk Karet terdiri dari TBM:5,108 TM:19,001 TTM:505
3
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 740
Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Rakyat Untuk Karet terdiri dari TBM:451 TM:289
4
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 35
Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Rakyat Untuk Karet terdiri dari TBM:10 TM:25
5
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 472
Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Rakyat Untuk Karet terdiri dari TBM:244 TM:193 TTM:35
6
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 8.622
Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Rakyat Untuk Karet terdiri dari TBM:1,296 TM:7,194 TTM:131
7
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 3.670
Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Rakyat Untuk Karet terdiri dari TBM:651 TM:2,927 TTM:92
8
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 17.386
Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Rakyat Untuk Karet terdiri dari TBM:3,160 TM:13,862 TTM:364
9
Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 69
Status Lahan: Luas Lahan Perkebunan Rakyat Untuk Karet terdiri dari TBM:22 TM:47
Biodata
Nama                           : Hikman
NPM                           : E1C009056
Prodi                           : Peternakan
Fakultas                       : Pertanian
Universitas                  : Universitas Bengkulu
Alamat                                    : jl. Wr Supratman UNIB belakang
Tempat tanggal lahir   : Jambi, 5 Mei 1990
No HP                         : 081919455982


1 komentar:

  1. assalamualaikum,, hazelin minta data ny yo kak angga hehehe makasih kak

    BalasHapus