Selasa, 10 April 2012

bahan mata kuliah bahan makanan ternak dan formulasi ransum

PENGENALAN BEBERAPA BAHAN PAKAN :
SUMBER ENERGI
Oleh: Hidayat
PENDAHULUAN
Meningkatnya kebutuhan pakan ternak yang dibarengi dengan kenaikan harga
pakan mendorong kita untuk mencari alternatif penggantinya. Namun demikian, usaha
untuk itu tidaklah mudah karena menuntut pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan.
Hand out ini mencoba memberikan pengetahuan untuk beberapa pakan konvensional
maupun alternatif, bagaimana bahan pakan tersebut dapat menjadi pakan yang
diharapkan sesuai dengan kebutuhan ternak, baik bentuk dan kandungan nutrisinya.
Namun demikian, sangat disarankan untuk melengkapi informasi tentang bahan pakan
dengan buku-buku atau artikel yang menunjang.
PENGENALAN BEBERAPA BAHAN PAKAN
Jagung.
Jagung (Zea mays) merupakan bahan pakan sumber energi yang paling umum
digunakan untuk pakan unggas, terutama digunakan dalam industri pakan temak. Di
Indonesia dikenal beberapa jenis jagung, yaitu jagung kuning, jagung putih, dan jagung
merah. Jenis yang paling banyak digunakan adalah jagung kuning karena mengandung
karoten provitamin A yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan jagung sangat palatable dan
sangat besar kandungan energinya. Nilai energi yang dapat dimetabolis (metabolisable
energy, ME) yang terkandung dalam jagung digunakan sebagai standard terhadap bahan
pakan sumber energi lain. Di Amerika utara, industri pakan telah diuntungkan dengan
terjadinya surplus ketersediaan jagung sebagai akibat mekanisiasi, penerapan genetik, dan
teknik agronomis yang diterapkan untuk meningkatkan produktifitas. Namun demikian,
hasil jagung per hektar di negara Asia rendah dan produksinya belum pernah mencukupi
kebutuhan sejalan dengan meningkatnya populasi manusia. Barangkali hanya Thailand di
antara negara-negara Asia yang kemampuan produksinya melebihi dari kebutuhan lokal.
Kandungan nutrisi jagung giling (dasar bahan kering) adalah 9,0% PK, 4,0% LK, 2,5 %
SK, 1,5% Abu, dan 83% BETN, 0,02% Ca, dan 0,25% P, serta 3,45 kkal/g. Jagung
kuning mempunyai kelebihan adanya xanthophil yang memberikan warna kuning pada
produk-produk ternak. Di Indonesia, jagung mempunyai kandungan protein beragam,
dari 8%-13%, tetapi kandungan serat kasarnya rendah (3,2%) dan kandungan energi
metabolismenya tinggi (3.130 kkal/kg). Oleh karena itu, jagung merupakan sumber
energi yang baik. Kandungan serat kasamya yang rendah memungkinkan jagung
digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi. Jagung juga mempunyai kandungan asam
linoleat yang baik dan juga sumber asam lemak esensial yang baik.
Pengenalan Beberapa Bahan Pakan 2
Bekatul dan Dedak padi.
Produk sampingan dari penggilingan padi (Oryza sativa) adalah dedak Sebenarnya, pada
proses penggilingan padi, hasil yang didapatkan selain beras, adalah bekatul padi
(sebanyak 2-3%), dedak padi (6-8%), dan sekam (20%). Dedak padi adalah by-product
utama yang didapatkan dari proses penggilingan padi. Bekatul, yang dihasilkan dari
lapisan bagian dalam biji, lebih banyak penggunaannya dibandingkan dengan dedak. Hal
ini karena kadar serat yang dikandungnya lebih rendah dan kandungan ME yang lebih
tinggi. Namun demikian, ketersediaan bekatul sangat sedikit karena tidak semua
penggilingan padi mengoperasikan mesin penggiling multiple-stage yang memisahkan
bekatul dari dedak. Nutrien yang terdapat dalam bekatul adalah protein kasar 9%-12%,
pati 15%-35%, lemak 8%-12%, serta serat kasar 8%-11 %. Bekatul memiliki kandungan
serat kasar yang lebih tinggi daripada jagung atau sumber energi yang lain. Oleh karena
itu, bekatul diberikan dalam jumlah yang terbatas, tergantung pada jenis temaknya. Untuk
menghindari serangga dan bau tengik sehingga kualitas bekatul tidak berkurang,
sebaiknya bekatul dijemur terlebih dahulu selama 3-4 hari. Penjemuran dilakukan
sebelum bekatul disimpan atau digunakan sebagai bahan baku pakan. Bekatul merupakan
komoditi yang cukup terbatas ketersediaannya karena tergantung pada musim panen padi
serta sifatnya yang mudah rusak serta menjadi kebutuhan utama bagi petemak yang
membuat pakan campuran sendiri. Hal ini menyebabkan tingginya harga jual bekatul di
pasaran. Hal yang demikian dimanfaatkan oleh para penjual maupun pengepul bekatul
untuk memanipulasi isi katul tersebut agar diperoleh keuntungan yang lebih banyak lagi.
Ada beberapa bahan yang sering digunakan untuk memanipulasi jagung seperti sekam
giling, limestone, zeolite, dan limbah tepung tapioka (onggok).
Komposisi kimia dedak padi sangat bervariasi. Variasi yang ada semata-mata
disebabkan kontaminasi sekam yang terikut, dan ini biasanya disebabkan oleh jenis mesin
penggiling. Dedak kualitas bagus mengandung sekitar 13% PK, 13% lemak, dan 13%
serat dan kaya sumber vitamin B dan trace mineral. Nilai ME dedak padi, selain
mengandung serat, relatif tinggi. Sementara itu, kandungan lemak yang tinggi harus
diperhitungkan, dimana hal ini dapat menyebabkan masalah ransiditas (ketengikan)
selama dalam penyimpanan di climat tropis. Dedak padi mengandung enzim lipolytic
yang menjadi aktif ketika dedak dipisahkan dari beras dan kandungan asam lemak bebas
meningkat dengan cepat.
Tabel 1. Komposisi kimia dedak padi yang didapat dari tipe penggilingan padi yang
berbeda yang biasa digunakan di Asia (%, dasar bahan kering)
Tipe penggiling
Modern Semi-modern Traditional
Protein Kasar 10,0 9,0-11,0 7,3-7,5
Serat Kasar 12,6-12,9 15,4-15,9 29,3-30,9
Lemak 23,4-31,6 19,2-19,7 6,6-8,6
Abu 12,8-14,3 14,1-15,0 15,5-20,5
Dedak padi tersedia banyak di Indonesia. Harganya murah dan kandungan unsur
nutrisinya cukup baik, tetapi kandungan serat kasamya agak tinggi. Kandungan serat
Hidayat 3
kasar inilah yang menyebabkan pemakaian dedak padi menjadi sangat terbatas, yaitu
pada sapi dibatasi sampai 40%, pada babi 30%-40%, dan pada unggas 25%. Dedak murni
agak sulit dicari karena sekarang banyak terjadi pemalsuan atau pencampuran dedak
dengan gilingan kulit gabah dan gilingan jerami. Akibatnya kandungan serat kasarnya
menjadi tinggi dan berdampak buruk bagi temak terutama ayam. Kandungan protein
dedak padi adalah 12,5%, kandungan serat kasar 10%, energi metabolismenya 2.730
kkal/kg (namun sangat diepengaruhi oleh proses penggilingan dan kontaminan),
sedangkan mineral Ca dan P dalam bahan pakan ini adalah 0,06% dan 1,55
Barley
Barley (Hordeum vulgare) menduduki ranking ke 4 di dunia dalam hal produksinya
untuk bijian. Yang mengusahakan terutama negara-negara eropa dan beberapa negara
Asia seperti Korea, China, India, Iran, dan Jepang. Walupun kandungan proteinnya mirip
dengan jagung dan asam aminonya lebih baik, namun nilai penggunaannya sebagai pakan
sangat kurang. Hal ini disebabkan karena kandungan zat gizinya yang tidak konsisten dan
menyebabkan feses yang basah dan lengket.Untuk mendapatkan hasil optimum pada
produksi unggas, penggunaan barley sebaiknya tidak melebihi 20% pada broiler dan anak
ayam, sementara untuk ayam petelur dapat digunakan sampai 70%. Karena kulit biji yang
keras, sebaiknya penggunaan barley dengan penggilingan.
Sorghum (Milo)
Sorghum (Sorghum vulgare) merupakan tanaman serealia ketiga paling banyak ditanama
di Asia, setelah padi dan jagung. Tanaman ini sangat populer di daerah-daerah yang
kering dan sedikit curah hujannya. Komposisi nutrisi sorghum dapat disejajarkan dengan
jagung, namun kandungan proteinnya sedikit lebih tinggi, biasanya berkisar antara 8-
16%, hal ini sangat dipengaruhi oleh varietas, lokasi penanaman, dan praktek
agronomisnya. Anti nutrisi yang ada adalah adanya tannin yang melapisi bagian luar biji
sorghum. Kandungan tannin berbeda-beda yang sangat dipengaruhi oleh varietas tanaman
sorghum. Kadungan tannin dapat diduga dengan melihat warna biji sorghum, warna yang
gelap menunjukkan kandungan yang lebih tingg dibandingkan dengan yang berwarna
terang. Kandungan ME untuk sorghum yang kandungan tanninnya tinggi, kira-kira 20-
30% lebih rendah dibandingkan sorgum yang kandungan tanninnya rendah. Penggunaan
sorghum sebagai pakan unggas dapat digunakan sebagai pengganti jagung secara
keseluruhan apabila kandungan tanninnya rendah, namun apabila kandungan tanninnya
tinggi biji sorghum hanya bisa digunakan 50% untuk menggantikan jagung (kecuali ada
perlakuan kimia untuk mengurangi kandungan tannin). Dalam praktek pengggunaannya,
sorghum harus digiling kasar.
Tepung Ubi Kayu (gaplek)
Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan bahan pakan sumber energi non-tradisional.
Tanaman ini menjdai andalan di negara-negara tropis, dan merupakan tanaman yang
paling produktif dalam hal produksi energy persatuan luas lahan. Indonesia, Thailand,
India, dan Vietnam merupakan negara-negara penghasil ubi kayu terbesar di Asia,
sementara Thailand merupakan negara exportir terbesar produk ini. Negara-negara yang
tergabung dalam MEE, menggunakan ubi kayu untuk sebagai bahan pakan sekaligus
Pengenalan Beberapa Bahan Pakan 4
untuk pembuatan pellet dengan level antara 5-40%, tergantung jenis dan type ternak dan
negara yang menggunakannnya.
Ubi kayu kering (gaplek) merupakan bahan pakan yang rendah kandungan serat kasarnya
namun tinggi kandungan patinya. Pati ubi kayu dapat dicerna baik oleh unggas, dengan
kecernaannya sekitar 99%. Nilai energi metabolisnya dilaporkan sangat tinggi, sekitar 95-
106 %, dibandingkan dengan energi metabolis yang ada pada jagung. Gaplek adalah
umbi ubi kayu yang telah dikupas kulitnya dan dikeringkan dengan menggunakan sinar
matahari. Tujuan pengeringan ubi kayu ini adalah agar dapat disimpan dalam waktu yang
cukup lama, mudah penanganannya, dan untuk mengurangi atau menghilangkan
kandungan glukosida (linamarin) yang dapat menghasilkan HCN karena adanya aktivitas
enzim tertentu. Gaplek banyak diproduksi di daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Produksi gaplek di Gunung Kidul setiap tahun mencapai 250.000 ton,
sedangkan produksi ubi kayu sekitar 700.000 ton. Sekitar 80 ton dari jumlah tersebut
telah memenuhi pasar ekspor.
Gaplek banyak dibuat menjadi tepung gaplek. Tepung gaplek banyak mengandung pati
dan pada saat pengukusan, pati tersebut diubah menjadi zat perekat oleh uap panas.
Dengan demikian, penggunaannya sangat membantu sekali dalam pembuatan pakan
bentuk pelet sebab pelet yang dihasilkan akan menjadi lebih padat, keras, dan tidak
mudah pecah. Protein yang terkandung dalam gaplek sebesar 1,7%, serat kasar 1,6%,
energi metabolisme 2.600 kkal/kg, serta mengandung 0,12% Ca dan 0,04% P.
Kendala yang paling utama penggunaan ubi kayu sebagai bahan pakan adalah kandungan
cyanogenic glucosides yang melepaskan asam cyanida (HCN) apabila dihidrolisa oleh
glucisidase yang didapat dari dalam jaringan akar itu sendiri. Kisaran normal kandunga
HCN dalam ubi kayu segar berkisar antara 15-400 mg/kg, yang mana kisaran tersebut
dipengaruhi oleh cultivar ubi kayu. Untuk ubi kayu kultivar pahit kandungan HCN bisa
sampai 275-490 mg/kg, sementara untuk kultivar manis berkisar antara 35-130 mg/kg.
Kandungan HCN diketahui 10 kali lebih tinggi pada kulit ubi dibandingkan ubi segarnya,
maka pelepasan kulit ubi merupakan cara yang paling mudah untuk mengurangi
kandungan HCN. Chopping yang diikuti dengan pengeringan ubi ubi kayu dapat
menekan kandungan HCN sampai 85%.
Penggunaan tepung ubi kayu untuk pakan unggas dapat digunakan sampai batas 10-20%.
Beberapa faktor yang membatasi penggunaan tepung ubi kayu selain kandungan HCN
adalah kandungan protein yang rendah (tidak lebih dari 3%), feed intake menjadi rendah
karena bersifat bulky dan berdebu (tepung) dan tidak mengandung pigmen. Untuk dapat
digunaka sebagai pakan seperti halnya jagung (menggantikannya), maka perlu langkahlangkah
yaitu: suplementasi methionin, menyeimbangkan kandungan protein,
pembentukan pellet, dan penamabahan pigment.
Suplementasi Methionin: Kebutuhan untuk melakukan suplementasi methionin pada diet
berbasis tepung ubi kayu karena methionin berfungsi sebagai sumber sulphur yang siap
guna detoksifikasi cyanida dan untuk menutupi defisiensi asam amino yang mengandung
sulphur itu sendiri.
Hidayat 5
Menyeimbangkan kandungan protein: Diet berbasis tepung ubi kayu harus
diseimbangkan dengan sumber protein berkualitas baik. Dalam kontek ini, protein asal
hewan, khususnya tepung ikan, merupakan sumber protein yang superior dibandingkan
dengan sumber protein asal tanaman. Sehingga level penggunaan tepung ubi kayu dalam
diet unggas benar-benar sangat bergantung terhadap suplementasi protein. Protein asal
hewan tidak hanya bagus karena mengandung methionin, tapi juga mengandung vitamin
B12 yang berfungsi sebagai jalur independent dalam detoksifikasi cyanida.
Pembentukan pellet: pembentukan pellet akan mengurangi bulkiness suatu diet berbasis
ubi kayu sekitar sepertiga, mengurangi masalah debu, dan meyakinkan feed intake yang
optimum. Apabila tidak mungkin membentuk pellet karena peralatan yang tidak tersedia,
penambahan mollases atau minyak dapat meningkatkan palabilitas dan intake.
Pigment: Jagung merupakan sumber β-carotene dan cryptoxanthine yang sangat berguna
untuk pewarnaan kulit broiler dan kuning telur. Bila ubi kayu digunakan untuk
menggantikan jagung sebagai sumber energi, warna produk unggas biasanya sering tidak
menarik. Masalah ini dapat dikoreksi dengan pemberian/penambahan carotenoid sintetis
atau menggunakan tepung daun tanaman tropis, misalnya tepung daun ubi kayu, tepung
daun turi atau lamtoro.
Onggok
Onggok merupakan hasil sisa pembuatan pati ketela pohon. Komposisi kimia onggok
tergantung pada proses pengolahannya, pada musim hujan atau kemarau, penjemuran
memakai alas atau tidak. Protein dalam onggok sebesar 2,2% sedangkan serat kasarnya
sebesar 2%. Onggok biasanya diguanakan sebagai sumber energi untuk ruminansia.
Tepung daun ubi kayu.
Pemberian tepung daun ubi kayu dalam penyusunan pakan unggas terbatas hanya sampai
5% karena adanya asam prusid dan sianida yang merupakan senyawa yang sangat
beracun. Sianida dalam daun ubi kayu muda terdapat dalam bentuk glikosida sianogenik
dan penguraian senyawa ini akan menghasilkan sianida. Proses penguraiannya
memerlukan bantuan enzim dan enzim ini hanya dihasilkan apabila selnya pecah.
Pemecahan sel ini dapat terjadi bila daun ubi kayu terpotong, sobek, atau dipanaskan.
Senyawa sianida mudah larut dalam air dan mudah menguap. Oleh karena itu, daun ubi
kayu yang akan dijadikan pakan unggas harus dipotong-potong. Proses ini bertujuan
untuk memecahkan sel glikosida sianogenik menjadi sianida di luartubuh. Selanjutnya,
potongan daun ubi kayu dicuci dan dijemur sampai kering. Dengan demikian, senyawa
sianida akan larut dalam air dan menguap selama penjemuran. Seandainya sianida dalam
bentuk senyawa glikosida sianogenik (yang belum terurai) dimakan dan masuk ke dalam
perut, di dalam perut senyawa tadi akan bereaksi dengan asam hidroklorik. Reaksi ini
akan memecahkan senyawa sianida dan akan mengakibatkan keracunan apabila terdapat
dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, penggunaan tepung daun ubi kayu sebagai
campuran pakan unggas harus dibatasi. Penggunaan tepung daun ubi kayu dapat
digunakan untuk memberi pewarnaan yolk (sumber karotenoid)
Tepung Umbi jalar
Umbi jalar (Ipomea batatas) merupakan produk negara-negara Asia (90% dari produk
dunia). Umbi jalar digunakan sebagai pakan sumber energi, kandungan energinya mirip
Pengenalan Beberapa Bahan Pakan 6
dengan jagung. Namun kandungan proteinnya rendah sekali. Anti nutrisi terdapat pada
umbi segar, yaitu anti tryptic, namun dapat dihilangkan dengan pengeringan. Perebusan
sebelum pengeringan akan memberikan hasil yang baik karena dapat meningkatkan nilai
pakan. Karena berbentuk tepung, penggunaannya tidak dapat menggantikan jagung
secara keseluruhan. Penggunaannya direkomendasikan samapai batas 24-30% untuk
mendapatkan hasil yang baik. Apabila suplementasi protein dan penghilangan kulit umbi
dilakukan, maka penggunaan sampai batas 50% dapat dilakukan.
Tepung Sukun
Sukun (Artocarpus altilis) merupakan tanamana yang tersebar di daratan Asia, dan
merupakan tanaman pangan yang penting di Polynesia. Produk tanaman ini dimanfaatkan
seperti umbi jalar ketimbang sebagai buah. Buah sukun menjadi tidak termanfaatkan
disuatu daerah pada saat tersedia dalam jumlah yang banyak dan tidak terserap (terutama
pada saat musim buah). Pemanfaatan buah sukun untuk pakan unggas telah dicoba, dan
sampai saat ini buah sukun diketahui tidak mengandung anti-growth factor dan dapat
digunakan untuk menggantikan jagung sampai batas 25% dalam campuran pakan.
Tepung biji nangka
Nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan buah yang populer di Asia. Industri buah
nangka (pengalengan) biasanya menyisakan biji nangka yang tidak dimanfaatkan. Dalam
satu buah nangka utuh, kira-kira 10-15% nya merupakan berat biji. Biji nangka segar
mengandung haemagglutinin. Pemberian biji nagka yang tidak direbus menyebabkan
kematian yang tinggi pada anak ayam. Dengan perebusan akan merusak aktivitas
haemagglutinin secara keseluruhan dan pemberian tepung biji nangka rebus pada ayam
dapat digunaka sampai pada batas 30% dari total diet.
Tepung Sagu
Pohon sagu (Metroxylon sagu) merupakan tumbuhan native Asia Tenggara dan tumbuh
liar di Indonesia, Malaysia, dan Papua New Guinea. Pati sagu didapat dari batang pohon
sagu yang telah berumur 12-15 tahun dan dikeringkan untuk menghasilkan tepung sagu
komersial. Bagian sagu yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia pada proses
pembuatan tepung dapat digunakan untuk pakan ternak. Sebagai sumber energi, tepung
sagu dinilai setara dengan tepung ubi kayu. Penggunaan sampai batas 25% pada unggas
tidak menimbulkan dampak yang tidak baik. Karena bentuknya yang bulky dan
kecernaan yang relatif rendah, penggunaan level tinggi tidak direkomendasikan.
Molasses tebu
Molasses atau tetes merupakan by-product industri gula tebu (Saccharum officinarum)
dan merupakan penggati biji-bijian yang penting. Molasses mengandung karbohidrat
yang tinggi dan sangat palatable. Kandungan gula dalam tetes mencapai 77%, serta
mengandung protein kasar sebesar 3,5%. Tetes tebu berwarna cokelat kemerahan, kalau
dicicipi akan terasa manis. Oleh karenanya, molases banyak digunakan pada pakan sapi
untuk menambah nafsu makan temak. Kandungan ME kira-kira 70% dari jagung. Ada
dua type molasses, yaitu final atau blackstrap dan high-test. Final molasses mempunyai
kandungan sedikit gula dan tinggi kandungan abu (terutama kalium). Sementara high-test
molasses, baik berbentuk cairan maupun padatan digunakan sampai 30% dalam pakan
Hidayat 7
unggas. Penggunaan level yang tingg pada final molasses akan menghasilkan
permasalahan dan menyebabkan excreta yang basah.
Lemak dan minyak
Lemak dan minyak merupakan sumber energi tinggi dan kandungan ME-nya sekitar 230-
260% jagung. Sebagai tambahan, suplementasi lemak pada formulasi pakan
menghasilkan pengaruh yang saling menunjang, yaitu palatabilitas yang mengjadi lebih
baik, suplai asam lemak essensial, absorsi atau retensi nutrien yang lebih baik, dan dapat
mengendalikan debu. Minyak kelapa dan minyak sawit adalah dua jenis minyak nabati
yang tersedia di Asia dalam jumlah yang banyak, dan dapat digunakan apabila harga per
unit energi lebih kompetitif. Di Malaysia, minyak sawit kasar telah digunakan untuk
menggantikan lemak hewan yang di import dan penggunaannya didalam diet sampai
batas 3%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar