Minggu, 25 Maret 2012


Penggunaan Ekstrak Daun Katuk Terhadap Penampilan Organ Reproduksi Ayam Burgo Betina Untuk Perbaikan Kualitas Populasi
Oleh:
Yonky Saparingga
E1C006029

Abstrak
            Ayam burgo betina memiliki keunggulan dibanding ayam kampung, karena produksi telurnya cukup baik. Kelangkaan populasi ayam burgo dikarenakan kurangnya minat masyarakat dalam upaya domestikasi. Upaya untuk memperbaiki tingkat populasi dilakukan dengan cara meningkatkan produksi telur. Suplementasi ekstrak daun katuk 27gr dapat meningkatkan produksi telur karena daun katuk mengandung asam benzoate yang dapat dikonversikan menjadi estradiol benzoate yang befungsi untuk merangsang pertumbuhan folikel-folikel. Senyawa-senyawa lain seperti asam fenil malonat, 2-pyrilidion dan methyl pyroglutamate yang dapat berperan dalam peningkatan produksi. Ekstrak daun katuk juga mempengaruhi berat ovarium, berat telur, serta berat yolk dan albumen. Peningkatan produksi dan kualitas telur berpengaruh terhadap populasi ayam burgo.
Kata kunci: ayam bugo, ekstrak daun katuk, organ reproduksi unggas

Pendahuluan
Ayam burgo merupakan hasil persilangan antara ayam hutan merah (Galus-galus), dengan ayam kampung yang menghasilkan ayam hias yang bagus pada ayam jantan, sedangkan pada ayam betina mempunyai produksi yang lebih tinggi dari ayam kampung. Secara fenotif, ayam burgo memiliki ciri-ciri cuping telinga yang berwarna putih, tubuh lebih kesil dibanding ayam kampung tetapi lebih besar dari ayam hutan merah. Paruh ayam burgo jantan berwarna hitam dengan tinggi badan berkisar 10-15 cm dan panjang kaki 5-7 cm. beratnya berkisar antara 800-1250 gr. Ayam burgo betina paruhnya berwarna coklat kehitaman dengan tinggi badan berkisar antara 10-12 cm dan panjang kaki 4-6 cm. karakteristik tubuh ayam burgo betina lebih ringan dengan bobot berkisar 500-1250 gr (Setianto et al., 2009; Warnoto, 2002).
Sebagai salah satu fauna langka yang masih belum banyak digali informasinya, keberadaan jenis ayam lokal ini telah dideteksi oleh beberapa peneliti sebelumnya (Nurmeiliasari, 2003; Warnoto, 2000; setianto et al., 2009), dengan populasi terbesar diperkirakan berada si provinsi Bengkulu, kabupaten Rejang Lebong (nurmeiliasari, 2003; setianto et al., 2009). Ayam burgo dipropinsi Bengkulu hidup alami dihutan sebagai habitat in situ-nya pada kawasan seluas 58.881,3 Ha atau 36,14% dari luas kabupaten Rejang Lebong. Menurunnya angka kepadatan populai ayam burgo Bengkulu di kabupaten Rejang Lebong dalam waktu 5 tahun sebesar 0,33 ekor/km2 mengindikasikan adanya penurunan jumlah populasiayam burgo Bengkulu domestikasi (Putranto et al., unpublished). Pemeliharaan ayam burgo hanya dipelihara secara ekstensif atau sampingan (system backyard farming) dan lebih banyak diposisikan sebagai ayam hiasan (fancy) oleh kaum laki-laki (Fenita et al., 2002). Jika eksistensi ayam burgo in situ tidak diikuti upaya konservasi, dikhawatirkan populasinya akan terus menurun dan pada suatu saat plasma nutfah endemik Bengkulu ini dapat punah.
Ekstrak daun katuk sebagai suplemen
Daun katuk merupakan tanaman perdu dengan ketinggian antara 2-3,5 meter, tumbuh tersebar diseluruh asia Tenggara (Sutedja et al,. 1997). Menurut Santoso dan Sartini (2001)daun katuk tua mengandung air 10,8% , lemak 20,8%, protein kasar 15,0%, serat kasar 31,2%, abu 12,7% dan BETN 10,2%.
Penggunaan daun katuk pada ayam petelur dapat berfungsi meningkatkan produksi tellur, berat badan dan efisiensi produksi. Hasil penelitian Santoso (2005) menemukan bahwa pemberian ekstrak daun katuk ternyata lebih efektif dalam meningkatkan produksi telur. Santoso et al (2001) juga menemukan bahwa ekstrak daun katuk sangat efektif untuk meningkatkan efisiensi produksi, menurunkan akumulasi lemak, menurunkan bau amis dan meningkatkan rasa daging.
Ekstraksi daun katuk diperoleh dengan cara merebus daun katuk dengan air pada suhu 600C selama 30 menit. Perbandingan daun dan air adalah 1 : 6. Setelah itu disaring dan ampasnya direbus kembali. Ekstraksi diulang sebanyak 3 kali. Filtrat yang diperoleh kemudian dibuat seperti pasta pada suhu 500C selama kurang lebih 48 jam.
Dari penelitian Berry Gibson (2010), pemberian ekstrak daun katuk dapat digunakan sebanyak 27 gr/hari tidak berpengaruh negative terhadap ternak serta dapat meningkatkan produksi telur walaupun tidak signifikan. Salah satu senyawa yang diduga dapat berperan dalam peningkatan produksi adalah asam benzoate. Asam benzoate dalam tubuh dapat dikonversikan menjadi estradiol benzoate. Estradiol benzoate berperan untuk meningkatkan fungsi reproduksi dan merangsang pertumbuhan folikel (Santoso et al., 2003). Iptek 2007 menemukan bahwa vitamin C dan E dapat meningkatkan produksi telur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Santoso et al. (2003) bahwa pemberian ekstrak daun katuk menghasilkan produksi yang lebih tinggi dan efisien.
Penelitian Gibson 2010, tentang produksi telur berdararkan pengaruh ekstrak daun katuk. Dimana P3 lebih unggul dengan 27 gr/ekor, P2 18 gr, P1 9gr dan P0 control.
                Grafik 1. Rataan produksi ayam bugo betina
Pemberian ekstrak daun katuk juga berpengaruh terhadap berat ovarium. Ovarium merupakan organ reproduksi yang sangat penting pada ternak betina. Sempurnanya ovarium dapat meningkatkan fungsi reproduksi dan merangsang pertumbuahan folikel sehingga ayam dapat menghasilkan ovum yang lebih banyak.
Tabel 1. Berat yolk (gr) dan albumen (gr)
Rataan berat yolk dan albumen pada ayam burgo betina juga terjadi adanya peningkatan berat jika dibandingkan dengan ayam burgo yang sama sekali tidak diberi suplementasi ekstrak daun katuk. Hal ini diduga karena daun katuk memiliki level energy ransum yang tinggi. Peningkatan level energy ransum juga meningkatkan berat kuning telur (Roland, 1980).
Suplementasi ekstrak daun katuk tidak berpengaruh terhadap tebal kerabang telur. Faktor yang mempengaruhi tebal kerabang telur yaitu sifat genetic, ransum, umur ayam, dan suhu lingkungan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Santoso (2008) bahwa pemberian ekstrak daun katuk tidak berpengaruh secara nyata terhadap tebal kerabang telur.
Kesimpulan
Pemberian ekstrak daun katuk sebanyak 27 gr memberikan pengaruh terhadap produksi telur, berat telur, berat yolk dan albumen, berat ovarium walaupun tidak signifikan. Didalam daun katuk terdapat asam benzoate yang dapat dikonversikan di dalam tubuh ayam menjadi estradiol benzoate yang berfungsi sebagai rangsangan dalam pertumbuhan folikel sehingga ayam dapat menghasilkan ovum lebih banyak. Banyaknya ovum berkaitan dengan banyaknya produksi telur.

Daftar Pustaka
Fenita, Y., Mega, O., Putranto, H.D.2002. Peningkatan Pemahaman Masyarakat Tentang Urgensi Domestikasi Dan Konservasi Ayam Burgo Bengkulu Sebagai Plasma Nutfahpropinsi Bengkulu Melalui Pembentukan Unit Produksi Percontohan Dikecamatan Curup Kabupaten Rejang Lebong. Laporan Pengapdian Pada Masyarakat Penerapan Ipteks. LPMM, Universitas Bengkulu, Bengkulu.
Nurmeiliasari. 2003. Populasi Dan Penyebaran Aya Burgo Bengkulu Serta Interaksinya Dengan Berbagai Faktor Ekologi (Studi Kasus Dikecamatan Curup Dan Kepahyang, Kabupaten Rejang Lebong,  Bengkulu), Jurnal Raflesia UMB vol:V (2): 52-55
Roland Sr., D. A. 1980. Egg Shell Quality I: Effect of Dietary Manipulation of Proteins, Amino Acids, Energy and Calsium in Aged Hens on Egg Weight, Shell Weight, Shell Quality and Egg Production. Poult. Scl. 59: 2038-2046
Santoso, U. dan Sartini. 2001. Reduction Of Fat Accumulation in Broiler Chickens by Sauropus Androgynus (katuk) Leaf Meal Suplementatiom. Asian_Australasian Journal of Animal Science 14 : 346-350
Santoso, U. 2008 Pengaruh Penambahan Ekstrak Daun katuk Terhadap Kualitas Telur dan Berat Organ Dalam. Penelitian Hibah Bersaing Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Dpartemen Pendidikan Nasional. Bengkulu
Santoso, U.2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Katuk dalam ransumTerhadap Produksi, Kadar Nitrogen dan Fosfor, dan Jumlah Koloni Mikrobia Pada Feses Ayam Petelur. Jurnal PengembanganPeternakan Tropis, 30 (4): 237-241.
Santoso, U. E. Handayani and Suharyanto. 2001. Effects of Androgynus (katuk) Leaf Ekstrak on Growth, Fat Accumulation and Fecal Microorganisms in Broiler Chikens. JITV, 6 (4): 20-226.
Santoso, U., Setianto, J., Suteki, T. dan Fenita, Y. 2003. Penggunaan Ekstrak Daun Katuk Untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi dan Kualitas Telur Yang Ramah Lingkungan Pada Ayam Leghorn. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Lanjutan. Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Sutedja, L., L. B. S. Kartono dan H. agustina. 1997. Sifat Anti Protozoa Daun Katuk (Sauropus androgynus Merr). Warta Tumbuhan Obat 3 (3) : 47-48.
Setianto J, Warnoto, And Nurmeiliasari. 2009. The Phenotypic Characteristic, Population, Population And The Ecological Factors Of Bengkulu’s Burgo Chicken. Proceeding Of International Seminar, Bukit Tinggi 28-29 June 2009:13-14.
Warnoto, 2000. Identifikasi, Fenotif, Populasi, Habitat Penyebaran Dan Potensi Pengembangan Ayam Burgo. Laporan Penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Bengkulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar