Jenis sapi perah di dunia
Banyak
bangsa sapi daging yang dikembangkan untuk tujuan ganda (susu dan daging) atau
bahkan untuk tujuan yang lebih luas lagi yaitu susu, daging, dan tenaga.
Beberapa bangsa masih memperlihatkan perbedaan sedangkan yang lainnya telah
diseleksi untuk sifat-sifat ternak daging atau ternak perah saja
(Blakely,1991).
Bangsa sapi
perah daerah subtropics
Ayrshire.
Bangsa sapi Ayrshire dikembangkan di daerah Ayr, yaitu di daerah bagian barat
Skotlandia. Wilayah tersebut dingin dan lembab, padang rumput relative tidak
banyak tersedia. Dengan demikian maka ternak terseleksi secara alamiah akan
ketahanan dan kesanggupannya untuk merumput (Blakely,1991).
Pola warna bangsa sapi Ayrshire bervariasi dari merah dan putih sampai
warna mahagoni dan putih. Bangsa sapi ini lebih bersifat gugup atau terkejut
bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lain. Para peternak dahulu nampak
masih berhati-hati dalam usaha mereka dalam melakukan seleksi kearah tipe yang
bagus. Hasil itu masih nampak dalam gaya penampilan, simetri, perlekatan ambing
yang nampak, disamping kehalusan dan kebersihannya sebagai tipe perah. Sapi
Ayrshire hanya termasuk dalam peringkat sedang dari sudut daging serta pedet
yang dilahirkan. Rata-rata bobot badan sapi betina dewasa 1250 pound dan sapi
jantan mencapai 1600-2300 pound. Produksi susu menurut DHIA (1965/1966)
rata-rata 10312 pound dengan kadar lemak 4% (Prihadi,1997).
Brown Swiss. Bangsa sapi Brown Swiss banyak dikembangkan
dilereng-lereng pegunungan di Swiss. Sapi ini merumput di kaki-kaki gunung pada
saat musim semi sampai lereng yang paling tinggi saat musim panas. Keadaan alam
seperti itu melahirkan hewan-hewan yang tangguh akan kemampuan merumput yang
bagus. Ukuran badannya yang besar serta lemak badannya yang berwarna putih
menjadikannya sapi yang disukai untuk produksi daging (Blakely,1991).
Warna sapi Brown Swiss bervariasi mulai dari coklat muda sampai coklat
gelap, serta tercatat sebagai sapi yang mudah dikendalikan dengan kecenderungan
bersifat acuh. Sapi Brown Swiss dikembangkan untuk tujuan produksi keju dan
daging, serta produksi susunya dalam jumlah besar dengan kandungan bahan padat
dan lemak yang relative tinggi. Bobot badan sapi betina dewasa 1200-1400 pound,
sedang sapi jantan Brown Swiss 1600-2400 pound. Produksi susu rata-rata
mencapai 10860 pound dengan kadar lemak 4,1% dan warna lemak susunya agak putih
(Blakely,1991).
Guernsey. Bangsa sapi Guernsey dikembangkan di pulau Guernsey di Inggris.
Pulau tersebut terkenal dengan padang rumputnya yang bagus, sehingga pada
awal-awal seleksinya, sifat-sifat kemampuan merumput bukan hal penting yang
terlalu diperhatikan. Sapi perah Guernsey berwarna coklat muda dengan
totol-totol putih yang nampak jelas. Sapi tersebut sangat jinak, tetapi karena
lemak badannya yang berwarna kekuningan serta ukuran badan yang kecil
menyebabkan tidak disukai untuk produksi susu dengan warna kuning yang
mencerminkan kadar karoten yang cukup tinggi (karoten adalah pembentuk atau
prekusor vitamin A). disamping itu, kadar lemak susu serta kadar bahan padat
susu yang tinggi. Bobot badan rata-rata sapi betina dewasa 1100 pound dengan
kisaran antar 800-1300 pound. Sedangkan bobot sapi jantan dewasa dapat mencapai
1700 pound. Produksi susu sapi Guernsey menurut DHIA (1965/1966) rata-rata 9179
pound dengan kadar lemaknya 4,7% (Prihadi,1997).
Jersey. Sapi Jersey dikembangkan di pulau Jersey di Inggris yang
terletak hanya sekitar 22 mil dari pulau Guernsey. Seperti halnya pulau
Guernsey, pulau Jersey juga mempunyai padang rumput yang bagus sehingga seleksi
ke arah kemampuan merumput tidak menjadi perhatian pokok. Pulau itu hasil
utamanya adalah mentega, dengan demikian sapi Jersey dikembangkan untuk tujuan
produksi lemak susu yang banyak, sifat yang sampai kini pun masih menjadi
perhatian. Dalam masa perkembangan bangsa ini, hanya sapi-sapi yang bagus
sajalah yang tetap dipelihara sehingga sapi Jersey ini masih terkenal karena
keseragamannya (Blakely,1991).
Susu yang berasal dari sapi yang berwarna coklat ini, warnanya kuning
karena kandungankarotennya tinggi serta persentase lemak dan bahan padatnya
juag tinggi. Seperti halnya sapi Guernsey, sapi Jersey tidak disukai untuk
tujuan produksi daging serta pedet yang akan dipotong. Bobot sapi betina dewasa
antara 800-1100 pound. Produksi susu sapi Jersey tidak begitu tinggi, menurut
standar DHIA (1965/1966) rata-rata produksi sapi Jersey 8319 pound/tahun,
tetapi kadar lemaknya sangat tinggi rata-rata 5,2% (Prihadi,1997).
Holstein – Friesien. Bangsa sapi Holstein-Friesien adalah bangsa sapi perah
yang paling menonjol di Amerika Serikat, jumlahnya cukup banyak, meliputi
antara 80 sampai 90% dari seluruh sapi perah yang ada. Asalnya adalah Negeri
Belanda yaitu di propinsi Nort Holand dan West Friesland, kedua daerah yang
memiliki padang rumput yang bagus. Bangsa sapi ini pada awalnya juga tidak
diseleksi kearah kemampuan atau ketangguhannya merumput. Produksi susunya
banyak dan dimanfaatkan untuk pembuatan keju sehingga seleksi kearah jumlah
produksi susu sangat dipentingkan (Blakely,1991).
Sapi yang berwarna hitam dan putih (ada juga Holstein yang berwarna merah
dan putih) sangat menonjol karena banyaknya jumlah produksi susu namun kadar
lemaknya rendah. Sifat seperti ini nampaknya lebih cocok dengan kondisi pemasaran
pada saat sekarang. Ukuran badan, kecepatan pertumbuhan serta karkasnya yang
bagus menyebabkan sapi ini sangat disukai pula untuk tujuan produksi daging
serta pedet untuk dipotong. Standar bobot badan sapi betina dewasa 1250 pound,
pada umumnya sapi tersebut mencapai bobot 1300-1600 pound. Standar bobot badan
pejantan 1800 pound dan pada umumnya sapi pejantan tersebut mencapai diatas 1
ton. Produksi susu bias mencapai 126874 pound dalam satu masa laktasi, tetapi
kadar lemak susunya relative rendah, yaitu antara 3,5%-3,7%. Warna lemaknya
kuning dengan butiran-butiran (globuli) lemaknya kecil, sehingga baik untuk
dikonsumsi susu segar (Blakely,1991).
Bangsa sapi perah daerah tropis
Sahiwal. Bangsa sapi Sahiwal berasal dari daerah Punyab, distrik montgo
mery, Pakistan, daerah antara 29°5’ -30°2’ LU. Sapi perah Sahiwal mempunyai
warna kelabu kemerah-merahan atau kebanyakan merah warna sawo atau coklat. Sapi
betina bobot badannya mencapai 450 kg sedangkan yang jantan 500-600 kg. sapi
ini tahan hidup di daerah asalnya dan dapat berkembang di daerah-daerah yang
curah hujannya tidak begitu tinggi. Produksi susu paling tinggi yaitu antara
2500-3000 kg/tahun dengan kadar lemaknya 4,5%. Menurut Ware (1941) berdasarkan
catatan sapi perah Sahiwal yang terbaik dari 289 ekor dapat memproduksi antara
6000-13000 pound (2722-5897 liter) dengan kadar lemak 3,7% (Blakely,1991).
Red Sindhi. Bangsa sapi Red Sindhi berasal dari daerah distrik Karachi,
Hyderabad dan Kohistan. Sapi Red Sindhi berwarna merah tua dan tubuhnya lebih
kecil bila dibandingkan dengan sapi Sahiwal, sapi betina dewasa rata-rata bobot
badannya 300-350 kg, sedangkan jantannya 450-500 kg. produksi susu Red Sindhi
rata-rata 2000 kg/tahun, tetapi ada yang mencapai produksi susu 3000 kg/tahu dengan
kadar lemaknya sekitar 4,9% (Blakely,1991).
Gir. Bangsa sapi Gir berasal dari daerah semenanjung Kathiawar dekat Bombay
di India Barat dengan curah hujan 20-25 inchi atau 50,8-63,5 cm. Daerah ini
terletak antara 20°5’ - 22°6’ LU. Pada musim panas temperature udara mencapai
98°F (36,7°C) dan musim dingin temperatu udara sampai 60°F (15,5°C)
(Prihadi,1997).
Warna sapi Gir pada umumnya putih dengan sedikit bercak-bercak coklat atau
hitam, tetapi ada juga yang kuning kemerahan. Sapi ini tahan untuk bekerja baik
di sawah maupun di tegal. Ukuran bobot sapi betina dewasa sekitar 400 kg,
sedangkan sapi jantan dewasa sekitar 600 kg. produksi susu rata-rata 2000
liter/tahun dengan kadar lemak 4,5-5% (Blakely,1991).
Bangsa sapi perah di Indonesia
Bangsa sapi perah di Indonesia dapat dikatakan tidak ada. Sapi perah di
Indonesia berasal dari sapi impor dan hasil dari persilangan sapi impor dengan
sapi local. Pada tahun 1955 di Indonesia terdapat sekitar 200000 ekor sapi
perah dan hamper seluruhnya merupakan sapi FH dan keturunannya (Prihadi,1997).
Produksi susu sapi FH di Indonesia tidak setinggi di tempat asalnya. Hal
ini banyak dipengaruhi oleh factor antara lain iklim, kualitas pakan, seleksi
yang kurang ketat, manajemen dan mungkin juga sapi yang dikirim ke Indonesia
kualitas genetiknya tidak sebaik yang diternakkan dinegeri asalnya. Sapi FH
murni yang ada di Indonesia rata-rata produksi susunya sekitar 10 liter per
hari dengan calving interval 12-15 bulan dan lama laktasi kurang lebih 10 bulan
atau produksi susu rata-rata 2500-3000 liter per laktasi (Prihadi,1997).
Hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi FH sering disebut sapi PFH
(Peranakan Friesian Holstein). Sapi ini banyak dipelihara rakyat terutama di
daerah Boyolali, Solo, Ungaran, Semarang, dan Jogjakarta. Juga dapat dijumpai
didaerah Pujon, Batu, Malang,dan sekitarnya. Warna sapi PFH seperti sapi FH
tetapi sering dijumpai warna yang menyimpang misalnya warna bulu kipas ekor
hitam, kuku berwarna hitam dan bentuk tubuhnya masih memperlihatkan bentuk sapi
local, kadang-kadang masih terlihat adanya gumba yang meninggi (Prihadi,1997).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar